Jumat, 30 September 2011

Teori Cahaya dan Hukum Pemantulan Cahaya


A) Teori tentang cahaya yang dikemukakan oleh para ilmuwan.

Cahaya lampu pada malam hari
Cahaya lampu pada malam hari

1. Isaac Newton, menyatakan bahwa cahaya adalah partikel-partikel kecil yang disebut korpuskel. Bila suatu sumber cahaya memancarkan cahaya, maka partikel-partikel tersebut akan mengenai mata dan menimbulkan kesan akan benda tersebut.

2. Huygens, menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang, karena sifat-sifat cahaya mirip dengan sifat-sifat gelombang bunyi. Perbedaan antara gelombang cahaya dan gelombang bunyi terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya.

3. Maxwell, menyatakan bahwa sesungguhnya cahaya merupakan gelombang elektromagnetik karena kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar 3 × 108 m/s. 

Gelombang elektromagnetik tercipta dari perpaduan antara kuat medan listrik dan kuat medan magnet yang saling tegak lurus. Gelombang elektromagnetik juga termasuk gelombang transversal, yang ditunjukkan dengan peristiwa polarisasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian lebih lanjut, cahaya merupakan suatu gelombang elektromagnetik yang dalam kondisi tertentu dapat berkelakuan seperti suatu partikel. Sebagai sebuah gelombang, cahaya dapat dipantulkan dan dibiaskan, serta mengalami polarisasi dan interferensi.

B) Bayangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Bayangan umbra, yaitu bayangan yang benar-benar gelap dengan kata lain bayangan yang tidak mendapat cahaya sama sekali.

2. Bayangan penumbra, yaitu bayangan yang tidak terlalu gelap dengan kata lain bayangan yang masih mendapatkan cahaya.

C) Hukum Pemantulan Cahaya

Hukum Pemantulan Cahaya
Hukum Pemantulan Cahaya


1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul.

D) Jenis Pemantulan Cahaya

Pemantulan Teratur
Pemantulan Teratur

1. Pemantulan teratur, terjadi pada permukaan pantul yang mendatar atau rata. Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan pantul yang rata, seluruh cahaya yang datang akan dipantulkan dengan arah yang teratur. 

Pemantulan teratur bersifat menyilaukan, namun ukuran bayangan yang terbentuk sesuai dengan ukuran benda. Pemantulan teratur biasa terjadi pada cermin. Cermin merupakan alat yang dapat memantulkan hampir seluruh cahaya yang mengenainya. 

Cermin ada tiga macam, yaitu cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung.

Perbedaan pemantulan teratur dan baur

2. Pemantulan baur,  terjadi pada permukaan pantul yang tidak rata, misalnya dinding dan kayu. Ketika cahaya mengenai permukaan pantul yang tidak rata maka cahaya tersebut dipantulkan dengan arah yang tidak beraturan.

Pemantulan baur dapat mendatangkan keuntungan sebagai berikut: 
(a) Tempat yang tidak terkena cahaya secara langsung masih terlihat terang. 
(b) Berkas cahaya pantulnya tidak menyilaukan.

Penyusun: SITI NURHALIZA. IX-D. SMP Negeri 1 Adiwerna. 2011
SUMBER : (1) H. Moch. Agus Krisno, dkk. 2008. bse Belajar IPA klas 8. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. (2) Wasis, dkk. 2008. bse Belajar IPA klas 8. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kamis, 29 September 2011

Zat Aditif dalam Bahan Makanan


A. Pengertian Zat Aditif Makanan
Zat aditif makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan, pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai.

B. Fungsi zat aditif makanan
(1) Memperbaiki kualitas atau gizi makanan, (2) Memperbaiki  tampilan makanan, membuat makanan tampak lebih menarik, (3) Meningkatkan cita rasa makanan, (4) Membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.

C. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan Cara Memperoleh
(1) Zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat, (2) Zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.

D. Pengelompokan Zat Aditif berdasarkan Fungsi

1) Zat Pewarna, digunakan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya.

Pewarna Alami: Daun Suji (hijau), Kunyit (kuning), Wortel (jingga)
Pewarna Alami: Daun Suji (hijau), Kunyit (kuning), Wortel (jingga)

a) Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning merah dari wortel.

Pewarna Sintesis pada Makanan dan Minuman
Pewarna Sintesis pada Makanan dan Minuman

b) Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama. Zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat karsinogen (penyebab penyakit kanker).

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produk-produk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

2) Zat Pemanis, berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman.
a) Zat pemanis alami, diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren ataupun pada buah-buahan dan madu, berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan.

Pemanis Alami: Gula Merah, Gula Pasir, Madu
Pemanis Alami: Gula Merah, Gula Pasir, Madu

b) Zat pemanis buatan atau sintetik, tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.

Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

3) Zat Pengawet,  sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/jamur.

a) Zat pengawet alami,  berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk mengawetkan ikan.

Contoh Pengawet Sintesis dan Makanan Hasil  Pengawetan
Contoh Pengawet Sintesis dan Makanan Hasil  Pengawetan

b) Zat pengawet sintetik atau buatan, merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet lainnya yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Ada juga boraks, Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal dan hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks dapat menimbulkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit; gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat; terjadinya komplikasi pada otak dan hati; menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.

4) Zat Penyedap Cita Rasa
a) Zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, misalnya: daun pandan, daun salam, daun jeruk untuk pewangi. Potongan-potongan tulang untuk rasa daging. Sari buah memiliki rasa buah. Terasi, bawang merah, bawang putih untuk penyedap.

b) Zat penyedap cita rasa yang berasal dari  hasil sintesis:  (a) Oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini; (b) Etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan; (c) Amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang; (d) Amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.

Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin atau MSG (mononatrium glutamat). Di pasaran, senyawa tersebut dikenal dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto, Miwon, Sasa, Royco, Maggi, dan lain sebagainya. MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat yang secara alami terdapat dalam protein nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kacangkacangan mengandung sekitar 20% asam glutamat. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung asam glutamat akan terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun tidak mempunyai cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa komponen-komponen lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam itu disebut dengan taste enhancer (penegas rasa).

Suatu zat aditif dapat saja memiliki lebih dari satu fungsi. Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.

Penulis: Ocvaria Melati Sukma. IX D. SMP Negeri 1 Adiwerna. 2011.
Sumber: Buku BSE IPA SMP klas 8. Membuka Cakrawala Sekitar. Saeful  Karim, dkk. 2008. Gambar dari Google Images

Baca berikutnya ...

Paus Pembunuh


Paus Pembunuh atau Orcinus orca adalah spesies terbesar dari keluarga lumba-lumba. Spesies ini ditemukan di seluruh samudera, dari kawasan dingin seperti Artik dan Antarktika hingga kawasan bersuhu hangat. 

Paus Pembunuh atau Orcinus orca
Paus Pembunuh (Orcinus orca)

Paus Pembunuh merupakan predator puncak di lautan, kebanyakan populasi memakan ikan, sementara populasi lainnya memakan mamalia laut seperti singa laut, anjing laut, walrus hingga paus besar. Bahkan pada 4 oktober 1997 di lepas pantai California Amerika Serikat, sekelompok pengamat paus yang sedang bepergian di pulau Farallon telah merekam sebuah kejadian unik tentang paus pembunuh yang menyerang hiu putih dewasa dan kemudian memakan hiu tersebut. 

Pernyataan yang mengatakan bahwa Hiu merupakan predator yang mengendalikan rantai makanan teratas di laut pun dipatahkan karena peristiwa itu. Paus pembunuh hidup secara berkelompok, mereka juga sering berburu bersama. 

IUCN menetapkan status konservasi paus pembunuh adalah tidak diketahui, karena beberapa paus pembunuh berbeda jenis. Beberapa populasi lokal sudah terancam karena kehilangan habitat, polusi, ditangkap untuk taman mamalia laut, dan konflik dengan nelayan.


Klasifikasi ilmiah Paus Pembunuh, Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mammalia, Ordo: Cetacea, Upaordo: Odontoceti, Famili: Delphinidae, Genus: Orcinus, Spesies: Orcinus  orca. 

Penyusun: M. N. Maulana A. 9D. SMP Negeri 1 Adiwerna. 2011.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Paus_pembunuh
Gambar : www.google.com

Baca juga:

 

Rabu, 28 September 2011

Super Organisme Semut


Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. 

Koloni Semut Hitam
Koloni Semut Hitam

Semut terbagi atas lebih dari 12.000 kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. 

Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.

Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di beberapa tempat seperti di IslandiaGreenland dan Hawaii, mereka tidak menguasai daerah tesebut. Di saat jumlah mereka bertambah, mereka dapat membentuk sekitar 15 - 20% jumlah biomassa hewan-hewan besar.

Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif sangat kecil, semut adalah hewan terkuat kedua didunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. 

Posisi pertama hewan terkuat adalah Kumbang Badak dengan kemampuan menopang beban dengan berat 850 kali dari berat badannya sendiri.

Semut mampu menopang beban lima puluh kali berat badannya
Semut mampu menopang beban lima puluh kali berat badannya

Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang ditetaskan betina, jika tidak dibuahi menjadi jantan. 

Semua semut holometabolism, yaitu tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa, sebelum mereka menjadi dewasa. 

Tahap larva adalah tahap yang sangat rentan, lebih jelasnya larva semut tidak memiliki kaki sama sekali, dan tidak dapat menjaga diri sendiri. 

Perbedaan antara ratu dan pekerja, dimana sama-sama betina, dan antara kasta pekerja jika ada, ditentukan pada saat pemberian makan saat masih menjadi larva. 

Makanan diberikan kepada larva dengan proses yang disebut trophallaxis dimana seekor semut "memuntahkan" makanan yang sebelumnya disimpan dalam "penyimpanan komunal".

Ini juga cara yang digunakan semut dewasa memdistribusikan makanan pada semut dewasa lainnya. Larva dan pupa harus disimpan pada suhu yang cukup konstan untuk memastikan mereka tumbuh dengan baik, sehingga sering dipindahkan ke berbagai brood chambers dalam koloni.

Tubuh semut yang berfungsi  sebagai "gudang makanan"
Tubuh semut yang berfungsi  sebagai "gudang makanan"

Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu meningkat menjadi menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian mencari makan dan mempertahankan sarang. 

Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta sementara. Sebuah teory mengapa seperti itu karena mencari makan memiliki risiko kematian yang tinggi, sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan bagaimanapun juga lebih dekat pada kematian. 

Pada beberapa spesies semut terdapat kasta fisik, pekerja bisa memiliki ukuran tubuh yang berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major

Biasanya semut yang lebih besar memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan memiliki rahang yang lebih kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut "tentara" karena rahang mereka yang kuat membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk bertarung dengan makhluk lainnya, namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan tugas mereka tidak banyak berbeda dengan pekerja minor atau median.

Pada beberapa spesies semut tidak memiliki pekerja median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan fisik yang jelas antara pekerja minor dan major. Semut memperlihatkan perbedaan morphological yang besar antar kasta yang berbeda. Dimana di berbagai spesies lain perbedaannya sedikit.

Sumber:  http://id.wikipedia.org/wiki/Semut